|
|||||||||
NAMA
LAIN:
|
|||||||||
JAMASAN PUSAKA KANJENG KYAI UPAS |
|||||||||
LOKASI:
|
|||||||||
Propinsi
|
:
|
Jawa Timur
|
|||||||
Kab/Kota
|
:
|
Kab. Tulungagung
|
|||||||
Kecamatan
|
:
|
Tulungagung
|
|||||||
Desa/Kel
|
:
|
Kepatihan
|
|||||||
Dusun/Jalan
|
:
|
||||||||
Kode Pos
|
:
|
||||||||
Koordinat BT
|
:
|
0
|
º
|
0
|
m/s
|
UTM-X:
|
0
|
||
Koordinat LS
|
:
|
0
|
º
|
0
|
m/s
|
UTM-Y:
|
0
|
||
PETA
|
:
|
||||||||
Kategori
|
:
|
Adat-istiadat masyarakat
|
|||||||
Kondisi
|
:
|
Masih bertahan
|
|||||||
Upaya Pelestarian
|
:
|
Sudah ada upaya pelestarian/perlindungan
|
|||||||
Upaya Promosi
|
:
|
||||||||
Sejarah
singkat:
|
|||||||||
Kanjeng Kyai Upas adalah pusaka yang berbentuk
tombak yang panjang bilahnya 35 cm, dan panjang landheyan atau
tangkainya 5 meter. Pada pangkal bilahnya ada tulisan berwarna emas dari
bahan emas dengan huruf Arab yang berbunyi “Allah”. Kanjeng Kyai Upas
diberi lurup atau ditutup berlapis-lapis dengan kain cindhe.
Menurut legenda dan kepercayaan masyarakat
pendukungnya, dinyatakan bahwa bilah Kanjeng Kyai Upas berasal dari lidah
seekor ular naga dan landheyannya berasal dari badan seekor ular
naga yang bernama Baru Klinthing. Pusaka Tombak Kanjeng Kyai Upas ini berasal
dari Mataram yang dibawa Oleh Raden Mas Tumenggung Pringgodiningrat, putra
dari Pangeran Noyokusumo di Pekalongan yang menjadi menantu Sultan Hamengku
Buwono II, ketika beliau menjadi Bupati Ngrowo yang sekarang dikenal dengan
Tulungagung.
|
|||||||||
Uraian/Deskripsi
singkat:
|
|||||||||
Pusaka Kanjeng Kyai Upas dipelihara dengan baik
oleh Bupati Ngrowo atau Tulungagung Raden Mas Pringgo Kusumo secara adat dan
turun temurun. Pusaka ini sumare atau ditempatkan di Gedhong
Pusaka di Dalem Kanjengan Kepatihan Kecamatan Kota Tulungagung,
Kabupaten Tulungagung. Setiap hari Kamis oleh Kyai Emban diberi sesaji
dan diberi lampu cuplak dengan minyak jarak dan sambil membakar
kemenyan. Pada saat ini yang memelihara pusaka tersebut Bapak Raden Mas
Indronoto, salah satu keturunan keluarga Raden Mas Pringgo Kusumo.
Tujuan upacara adat siraman pusaka
tombak Kanjeng Kyai Upas adalah untuk pemeliharaan secara tradisional, sehingga
diharapkan dengan pemeliharaan ini pusaka tombak Kyai Upas akan tetap ampuh,
tidak rusak dapat melindungi masyarakat pendukungnya akan adanya gangguan
atau bencana yang akan menimpanya. Secara logika sekarang bahwa dengan siraman
itu pusaka akan terpelihara tidak berkarat, tidak rusak, karena
dibersihkan dan diolesi dengan warangan yang merupakan racun yang
dapat mematikan bakteri perusak.
Upacara adat Siraman Pusaka Kanjeng
Kyai Upas di Tulungangung dilaksanakan setiap tahun sekali, yaitu bertepatan
pada hari Jumat antara tanggal 11 sampai 20 bulan Sura. Puncak
upacara dilaksanakan pada hari Jumat dengan mengambil waktu pukul 09.00 –
11.00 atau sebelum sholat Jumat..
Tempat pelaksanaan siraman Kanjeng
Kyai Upas di Dalem Kanjengan, Kepatihan, Kecamatan Kota
Tulungagung. Di tempat ini pusaka tombak Kanjeng Kyai Upas sumare ‘disimpan’.
|
|||||||||
http://www.javanologi.info/sib/index.php?page=detail&hal=karya&kode=BUD-00004
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar